Ghozian Luthfi Z
Catt:Ponorogo,8 Juli 2010
Dari Okik buat ibu,sebagai kado ulang tahun
Sebenarnya apa yang sedang terjadi. Kebingungan entah bagaimana berulang manyayat pikiranku. Kegelisahan dan keragu-raguan berkali-kali menghujami labirin perasaanku.Mataku tak bisa terpejap,aku masih terus memandangi langit-langit kamar kostku yang telah berlubang dan rapuh. Sambil mengingat-ingat kejadian siang tadi,ketika aku tengah menunggu bis untuk pulang ke dari kampusku di UGM menuju kostku,kudapati seorang tua dengan topi kusut di kepalanya yang sedari lama terus melongok kanan-kiri,sembari mengawasi sekelilingnya. Sementara jalan raya protokol Yogyakarta masih ramai berjubel puluhan kendaraan. Apa yang sebenarnya dinantikan oleh pria bertopi itu.
Angin menderu lembut seakan sejenak mendinginkan rasa keingin tahuanku. Daun-daun pohon mangga di sebelah halte berguguran. Tak lama bis yang kan kutumpangi pun berhenti dihadapanku,segera ku beringsut dari tempat dudukku menuju bis ekonomi yang kan mengantarkanku pulang. Ketika aku telah nyaman duduk didalam,aku berinisiatif menguntil pandanganku keluar, melihat pria bertopi itu,dan..hm,dimana pria itu?,kemana dia pergi?apa yang sebenarnya dinantikan pria bertopi itu?.
******
Suasana kampus di sore hari tampak mulai lengang. Angin kering berhembus dari arah jalanan,mengusir rasa bosan yang menyerangku dari tadi. Setidaknya sedikit menghiburku. Bangunan universitas berdiri congkak di hadapanku,dan diseberang jalan.Suara merdu,antara gesekan sapu penjaga kampus,dengan lantai parkiran menambah lengkap saja suasana manjaku ini. Mana si dhikai?,kenapa dia lama sekali datang?gumamku dalam hati,menunggu dhika yang janji akan menjemputku. Tak lama berselang,motor dhika terlihat dari kajahuan menuju kearahku.
”sorry,ji motorku mogok diperempatan,jadinya aku terlambat”dalihnya dengan suara tersendat-sendat,kemudian memarkirkan motornya disampingku
”Kok lama sekali”jawabku tanpa sedikitpun memperhatikan keletihan yang mendidih bersama keringatnya yang turun deras dari keningnya
”ya sudahlah!ayo pulang,sudah sore,nih kita harus pulang sebelum maghrib menjemput”ia melengos. Tak berubah,selalu terlambat acap kali ia berjanji menjemputku. Motor kami pun melaju kencang,menghempas dedauan jalanan,meninggalkan keletihan hari ini. Pepohonan melambai-lambai seakan meminta sang senja untuk terus menemani. Hari berganti gelap,meninggalkan cerita langit dalam hari lelahku.
Malam ini gerimis merinai,di luar kulihat beberapa orang dengan jas hujan dan payungnya berlalu lalang. Masih dengan kesibukanya memutar roda kehidupan,mengumpulkan uang untuk istana dunia yang semu. Sementara aku masih mencari kata-kata yang tepat untuk suratku. Sebuah surat cinta untuk Annaa,sosok yang sangat berarti dalam hidupku. Kusandarkan diriku di tembok,bersama kopi tubruk disamping yang sesekali aku tiup.panas.Kupandangi langit-langit kamarku
Assalamualaikum
Anna,diujung gelisah ini aku ingin ungkapkan apa yang tengah aku rasakan, hatiku berkata bahwa kaulah wanita seanggun warna senja menyapa,semegah bintang penuh harapan,yang selalu sejukkan lerung hatiku,dan selimutiku ketika dinginnya kehidupan menghinggapi. Karena itulah,melalui surat ini aku ingin berucap. Tentang rasa yang sudah lama menusuk,nusuk di hati. Tentang taburan cintaku yang kan harumkan sisi empatimu. Tapi,dalam hati ini tak bisa kuucap di hadapanmu. Nyaliku tak sebesar lautan,dan tak sekeras batu karang. Aku memang tak punya reputasi,tapi,anna cintaku hanya untukmu,aku telah tersesat dalam hatimu. Aku menyayangimu,seperti muhammad menyayangi khadijah,seperti Adam menyayangi hawa. kuharap kau mengerti Hatiku,dan pahami perasaanku.
Aji rahmatullah.
Ungkapan di ujung malamku untuk Anna,cahaya tunggal hatiku.
Surat ini nantinya akan aku titipkan pada pedagang asongan yang biasa berdagang di daerah prambanan,disanalah katanya Annaa tinggal. Dia memang bukan seperi kebanyakan wanita sekarang,yang sering kali bangga mempublikasikan auratnya,tak hanya kepada tetangganya,bahkan juga kepada pers negara. Dia memang berbeda,parasnya yang cantik tapi tidak suka simpatik intrinstik orang lain. Selain itu,ada sesuatu yang membuatku sangat mencintainya,dia selalu mengenakan kerudung biru muda,dengan rok bunga-bunga merah kasukaannya,dan dengan sopan santun yang sangat selalu ia tunjukan tiap kali berinteraksi dengan orang lain. Seperti disihir dengan kataatannya. Namun,sekian lama aku mengenal dan mencintainya,aku belum pernah tahu dimana ia tinggal,dan asal usul keluarganya. Dia selalu pulang paling terakhir,hampir bersamaan dengan ditutupnya gerbang kampus. Seperti menunggu sesuatu. Kata teman-temannya,dia tinggal di sekitar prambanan. Dan sampai kini hal itulah yang membuatku selalu penasaran. Tapi untuk selimut hati abadiku akan kucari dimana dia tinggal. Sampai kapan pun.
*****
”aji!.....”Suara lembut itu terdengar dari belakangku. Membangunkanku dari lamunan panjangku
Aku segera membalikkan tubuhku,mencari-cari sumber suara lembut itu. Kagetku tak tertahan,ketika kutahu ternyata suara itu berasal dari bibir ranum Annaa. Seketika itu pula aku membeku.Sontak Hatiku bergejolak. Seakan tak percaya wanita pujaanku kini berada di mataku. Otakku terus berputar mencari cara bagaimana aku harus menghadapi situasi ini. Perlahan tapi pasti aku mulai berucap menjawab sapaan Annaa.
”iya?....ada apa,Annaa?jawabku sembari mengumbar senyum kakuku. Tegang. Sunyi
”tadi malam aku sudah menerima surat yang kamu titipkan kepada seorang pedagang disekita rumahku,dan aku tersanjung dengan deretan aksaramu yang penuh perlambangan suasana hatimu itu. Aku berpikir,aku mungkin akan serah sejalan denganmu,dan cintaku pun juga. Jadi,aku berdiri disini kerena aku ingin mengatakan kalau aku.......aku juga cinta kepadamu,ji”ujarnya sambil memegang erat tanganku.
Kerudung birunya melayang-layang ditiup angin sore,yang seakan juga ikut merasakan apa yang aku rasa. Bahagia.
”tapi,ada sesuatu yang sangat penting yang harus terlebih dahulu aku sampaikan kepadamu”imbuhnya tiba-tiba dengan tatapan tajam bak ilusionis senior.
Aku terdiam. Suasana menjadi hening. Hanya dedaunan yang jatuh di depan fakultas ekonomi yang mengiringi keteganganku.
”Bapak sudah tahu tentang hubungan kita,dan beliau ingin kamu segera melamarku,ji memang ini terlalu terburu-buru,tapi aku tidak bisa menolak keinginan bapak untuk segera menikah denganmu. Bapak khawatir nantinya akan terjadi apa-apa padaku bila tidak segera menikah. Maklum ibuk sudah tidak ada,bapak nggak ingin kehilangan anak semata wayangnya seperti bapak kehilangan ibuk dulu.”
Aku tetegun sejenak mendengar pernyataan dari Annaa. Kutelan air liurku pelan-pelan seakan tak percaya dengan ucapannya
”oh,begitu,yah?hmm...aku akan segera mamikirkannya,dan memberikan jawabannya secepaatnya.
Sahutku meyakinkan Annaa.walaupu sebenarnya dalam hatiku masih gelisah. Apakah aku benar-benar akan melamarnya. Aku memang hanya tinggal menyelesaikan skripsiku.tapi....ah,sudahlah.
”e..maaf,ji aku harus segera pulang,hari sudah mulai gelap aku tidak ingin bapak kawatir.assalamualaikum”sekilas ia beranjak,berlalu,dan menghilang dalam pancarana rona merah senja di ufuk barat. Meningglkan sederet pertanyaan kaku yang sulit untuk kujawab.
****
Kudengar ponselku berbunyi,segera kuberanjak dari tempat tidurku menuju meja di sudut kamarku. Di atas meja bundar.
”halo,assalamualaikum,dengan siapa,ini?”Tanyaku sopan penuh rasa ingin tahu.
”wa’alaikumsalam,aji?ini annaa,aku ingin memberi kabar kepadamu,tentang hubungan kita”.jawabnya singkat
”kabar ap...”
Belum sempat aku menyuguhkan pertanyaanku,aku sudah diberondong dengan kata-kata dari annaa.
”Aji,kata bapak,bapak ingin aku mengenalkanmu pada bapak,besok minggu,tak apa tidak bawa apa-apa,kata bapak,dia sudah faham dengan kantong mahasiswa seperti kita. Hmm...oh,ya usahakan berpakaian rapi,ya soalnya bapak kelihaatanya sudah sangat setuju dengan hubungan kita”
”Baiklah,besok Minggu akan aku usahakan untuk datang,ngomong-ngomong kita bertemu dimana?”tanyaku dengan wajah mengkerut penuh tanya
”Kita bertemu di kampus saja,dipintu gerbang kampus pukul 5 sore,tapi,aku harap kamu nantin ya tidak terkejut dengan sesuatu yang akan aku perlihatkan kepadamu,ji”
”ok,akan aku usahakan”aku tertunduk.berpikir sejenak.
Kututup telpon dengan perasaan heran.kenapa harus di pintu gerbang universitas?kenapa tidal langsung dirumagnya saja,atau di rumah makan?sebenarnya apa yang akan disuguhkankan Annaa kepadaku.
Ini tentang diriku dan sejuta persepsi. Ketukan palu yang kuambil untuk satu posisi nanti. Yang mungkin akan membawaku lebih tinggi dari yang kualami kini. Argumen percaya tidak percaya,menari nari dalam benakku.
,Keesokan harinya,tetesan embun pun masih belum usai berdedendang bersama dedaunan basah. Meninggalkan rupa hijaunya yang begitu terlihat sangat segar. kulongokkan kepalaku keluar jendela kamar,terlihat denyut perekonomian mulai berlangsung,roda kehidupan juga mulai dijalankan. beberapa pedagang menyapaku dari jalanan dengan wajah ramah penuh harapan. Harapan akan rezeki mereka hari ini. Letak kos-kosanku memang tepat berada disamping jalan raya,sangat dekat dengan pusat perekonomian Jogja,Pasar Bringharjo.
Seperti biasa aku berangkat sangat pagi kekampus.mendahului mahasiswa yang lain untuk mendapatkan sesuatu yang indah lebih awal. Mentari agung maha sahaja menyambutku dengan tawa sindirnya bersama sinar Uv-nya yang menerpa rambut klimisku sehingga berkilau cerah,secerah hatiku sekarang,sebenarnya apa yang selama ini kau cari,aji?
Motor yang aku kendarai bersama Dito terus malaju diantara cahaya mentari yang tertutup dadaunan pohonyang membuat kami seperti lelaki belang-belang orens.Dia adalah sahabatku sejak smp,yang masih setia menemani perjalananku mencrai labuhan cinta,hingga kini. Motor kami kami hentikan didepan kedai bunga milik Paman Si Dito.Aku berniat membelikan seikat bunga Mawar untuk Anna ketika perkenalan dengan Orangtuanya nanti.Karena masih sangat pagi,kedia itu belum siap untuk menjajakan ikatan ikatan bunganya. Kami pun terpaksa lewat pintu belakang. Masih beberapa langkah kami berranjak dari tempat kami berdiri tadi,sambutan hangat telah kami dapatkan dari Paman dito,Pak Kusno namanya
”Selamat pagi,dek Aji,ada keperluan apa pagi-pagi begini sudah datang kesini”sapanya dengan senyum merekah di kedua lesung pipinya.
”oh,iya,pak kami datang kesini ingin membeli bunga di kedai bapak. Kebetulan kami sedang ada perlu,makanya kami sengaja datang lebih awal”terangku dengan lugas. Sambil menjabat tangan kanan Pak Kusno
”oh,iya,iya silahkan masuk dan pilih kembang-kembang koleksi kedai bapak!”
Setelah kudapat seikat mawar impor,kami segera bergegas menuju kampus
Tiba didepan gerbang kampus,kami disambut oleh seorang bapak-bapak yang sepertinya aku kenal.
”Dit,ni siapa,dit?”tanyaku pada Adit keheranan. Kukerutkan keningku.
”Itu Pak Zul,satpam baru di kampus kita. Dia baru mulai kerja hari ini. Dia kerja disini,karena satpam kita yang dulu anaknya meninggal,makanya dia digantikan oleh Pak Zul”.
Tanpa Sedikit menoleh,kami terus masuk ke dalam kampus.
Akhirnya lima jam setengah dikelas terasa sangat suntuk telah kami lalui.aku pun berkeputusan untuk menunggu senja diwarung depan kampus.Tak lama berselang,setelah kuhabiskan es teh bersama pisang goreng yang ada dihadapanku,lambaian tangan dari kejahuan mengejutkanku. Sepertinya aku mengenalnya,Kerudung biru,dan Rok panjang bermotif bunga,yaa...itu Annaa. Segera kubayar jajananku,dan berlari kecil menuju seberang jalan.Tapi kenapa dia bersama seseorang?
”hai,ji sudah lama,ya menuggu?”tanya Annaa penuh simpati
”Oh,nggak baru saja kok”jawabku sambil menggaruk-garuk belakang kepalaku yang tidak gatal. Mataku terus memandangi sosok pria paruh baya disamping Anna. Sepertinya aku mengenalnya. Terus saja aku berupaya keras untuk mengingat-ingtanya,dan...ya dia adalah lelaki misterius yang aku temui di seberang halte beberapa hari yang lalu ketika aku hendak pulang ke kos-kosanku. Dan dia juga sepertinya...satpam baru dikampusku yang kutemui degerbang kampus pagi tadi. Ada apa sebenarnya,kenapa pria misterius sekaligus satpam baru itu bisa berada disini. Pertanyaanku itu rasanya sulit sekali untuk kucari jawabannya. Ditengah kelitku untuk bertanya-tanya,suara Anna menyadarkanku
”Eh,Aji kenalkan ini bapakku,dia bekerja sebagai satpam baru dikampu kita,bapakku baru datang dari Tegal ke Jogja dua hari yang lalu. Kata bapakku dia pernah melihatmu sebelumnya di halte bis,berarti kamu sama bapak sudah saling kenal,ya?”
Aku terdiam. Deretan kata-kata yang tak ingin ku dengar terlontar dari mulut Anna. Dan aku masih tidak percaya bahwa ayahnya seorang satpam. Satpam baru dikampusku,dan seorang pria misterius yang kutemui diseberang jalan dua hari yang lalu.Ya allah,haruskah cintaku beralur dengan galau.Benarkah semua kenyataan ini.
Aku tertunduk. Lesu. Berpikir sejenak tentang apa yang kualami. Siluet senja menemaniku merenung. Namun perlahan Senja berarak damai menuju peraduan,bersama hatiku yang tenggelam dalam pada lautan kegelisahan. Namun,pertarungan setan malaikat yang tengah terjadi,telah membuktikan,bahwa profesi bukanlah segalanya. Tak peduli itu satpam,atau pejabat,yang jelas cinta dan hatiku telah betah berkubang di hati Anna,cahaya tunggal untuk selamanya. Tanpa pamrih,atau rintih dari nurani hatiku,ku telah putuskan untuk segera meminangnya .Biarlah mentari senja menghilang di ujung kegelapan namun,cintaku takkan terbang melayang bersama angan sebuah profesi,walaupun serendah satpam.