CARI APA,YA?

Minggu, 11 Juli 2010

S I L U E T S E N J A

Ghozian Luthfi Z

Catt:Ponorogo,8 Juli 2010

Dari Okik buat ibu,sebagai kado ulang tahun

Sebenarnya apa yang sedang terjadi. Kebingungan entah bagaimana berulang manyayat pikiranku. Kegelisahan dan keragu-raguan berkali-kali menghujami labirin perasaanku.Mataku tak bisa terpejap,aku masih terus memandangi langit-langit kamar kostku yang telah berlubang dan rapuh. Sambil mengingat-ingat kejadian siang tadi,ketika aku tengah menunggu bis untuk pulang ke dari kampusku di UGM menuju kostku,kudapati seorang tua dengan topi kusut di kepalanya yang sedari lama terus melongok kanan-kiri,sembari mengawasi sekelilingnya. Sementara jalan raya protokol Yogyakarta masih ramai berjubel puluhan kendaraan. Apa yang sebenarnya dinantikan oleh pria bertopi itu.

Angin menderu lembut seakan sejenak mendinginkan rasa keingin tahuanku. Daun-daun pohon mangga di sebelah halte berguguran. Tak lama bis yang kan kutumpangi pun berhenti dihadapanku,segera ku beringsut dari tempat dudukku menuju bis ekonomi yang kan mengantarkanku pulang. Ketika aku telah nyaman duduk didalam,aku berinisiatif menguntil pandanganku keluar, melihat pria bertopi itu,dan..hm,dimana pria itu?,kemana dia pergi?apa yang sebenarnya dinantikan pria bertopi itu?.

******

Suasana kampus di sore hari tampak mulai lengang. Angin kering berhembus dari arah jalanan,mengusir rasa bosan yang menyerangku dari tadi. Setidaknya sedikit menghiburku. Bangunan universitas berdiri congkak di hadapanku,dan diseberang jalan.Suara merdu,antara gesekan sapu penjaga kampus,dengan lantai parkiran menambah lengkap saja suasana manjaku ini. Mana si dhikai?,kenapa dia lama sekali datang?gumamku dalam hati,menunggu dhika yang janji akan menjemputku. Tak lama berselang,motor dhika terlihat dari kajahuan menuju kearahku.

”sorry,ji motorku mogok diperempatan,jadinya aku terlambat”dalihnya dengan suara tersendat-sendat,kemudian memarkirkan motornya disampingku

”Kok lama sekali”jawabku tanpa sedikitpun memperhatikan keletihan yang mendidih bersama keringatnya yang turun deras dari keningnya

”ya sudahlah!ayo pulang,sudah sore,nih kita harus pulang sebelum maghrib menjemput”ia melengos. Tak berubah,selalu terlambat acap kali ia berjanji menjemputku. Motor kami pun melaju kencang,menghempas dedauan jalanan,meninggalkan keletihan hari ini. Pepohonan melambai-lambai seakan meminta sang senja untuk terus menemani. Hari berganti gelap,meninggalkan cerita langit dalam hari lelahku.

Malam ini gerimis merinai,di luar kulihat beberapa orang dengan jas hujan dan payungnya berlalu lalang. Masih dengan kesibukanya memutar roda kehidupan,mengumpulkan uang untuk istana dunia yang semu. Sementara aku masih mencari kata-kata yang tepat untuk suratku. Sebuah surat cinta untuk Annaa,sosok yang sangat berarti dalam hidupku. Kusandarkan diriku di tembok,bersama kopi tubruk disamping yang sesekali aku tiup.panas.Kupandangi langit-langit kamarku

Assalamualaikum

Anna,diujung gelisah ini aku ingin ungkapkan apa yang tengah aku rasakan, hatiku berkata bahwa kaulah wanita seanggun warna senja menyapa,semegah bintang penuh harapan,yang selalu sejukkan lerung hatiku,dan selimutiku ketika dinginnya kehidupan menghinggapi. Karena itulah,melalui surat ini aku ingin berucap. Tentang rasa yang sudah lama menusuk,nusuk di hati. Tentang taburan cintaku yang kan harumkan sisi empatimu. Tapi,dalam hati ini tak bisa kuucap di hadapanmu. Nyaliku tak sebesar lautan,dan tak sekeras batu karang. Aku memang tak punya reputasi,tapi,anna cintaku hanya untukmu,aku telah tersesat dalam hatimu. Aku menyayangimu,seperti muhammad menyayangi khadijah,seperti Adam menyayangi hawa. kuharap kau mengerti Hatiku,dan pahami perasaanku.

Aji rahmatullah.

Ungkapan di ujung malamku untuk Anna,cahaya tunggal hatiku.

Surat ini nantinya akan aku titipkan pada pedagang asongan yang biasa berdagang di daerah prambanan,disanalah katanya Annaa tinggal. Dia memang bukan seperi kebanyakan wanita sekarang,yang sering kali bangga mempublikasikan auratnya,tak hanya kepada tetangganya,bahkan juga kepada pers negara. Dia memang berbeda,parasnya yang cantik tapi tidak suka simpatik intrinstik orang lain. Selain itu,ada sesuatu yang membuatku sangat mencintainya,dia selalu mengenakan kerudung biru muda,dengan rok bunga-bunga merah kasukaannya,dan dengan sopan santun yang sangat selalu ia tunjukan tiap kali berinteraksi dengan orang lain. Seperti disihir dengan kataatannya. Namun,sekian lama aku mengenal dan mencintainya,aku belum pernah tahu dimana ia tinggal,dan asal usul keluarganya. Dia selalu pulang paling terakhir,hampir bersamaan dengan ditutupnya gerbang kampus. Seperti menunggu sesuatu. Kata teman-temannya,dia tinggal di sekitar prambanan. Dan sampai kini hal itulah yang membuatku selalu penasaran. Tapi untuk selimut hati abadiku akan kucari dimana dia tinggal. Sampai kapan pun.

*****

”aji!.....”Suara lembut itu terdengar dari belakangku. Membangunkanku dari lamunan panjangku

Aku segera membalikkan tubuhku,mencari-cari sumber suara lembut itu. Kagetku tak tertahan,ketika kutahu ternyata suara itu berasal dari bibir ranum Annaa. Seketika itu pula aku membeku.Sontak Hatiku bergejolak. Seakan tak percaya wanita pujaanku kini berada di mataku. Otakku terus berputar mencari cara bagaimana aku harus menghadapi situasi ini. Perlahan tapi pasti aku mulai berucap menjawab sapaan Annaa.

”iya?....ada apa,Annaa?jawabku sembari mengumbar senyum kakuku. Tegang. Sunyi

”tadi malam aku sudah menerima surat yang kamu titipkan kepada seorang pedagang disekita rumahku,dan aku tersanjung dengan deretan aksaramu yang penuh perlambangan suasana hatimu itu. Aku berpikir,aku mungkin akan serah sejalan denganmu,dan cintaku pun juga. Jadi,aku berdiri disini kerena aku ingin mengatakan kalau aku.......aku juga cinta kepadamu,ji”ujarnya sambil memegang erat tanganku.

Kerudung birunya melayang-layang ditiup angin sore,yang seakan juga ikut merasakan apa yang aku rasa. Bahagia.

”tapi,ada sesuatu yang sangat penting yang harus terlebih dahulu aku sampaikan kepadamu”imbuhnya tiba-tiba dengan tatapan tajam bak ilusionis senior.

Aku terdiam. Suasana menjadi hening. Hanya dedaunan yang jatuh di depan fakultas ekonomi yang mengiringi keteganganku.

”Bapak sudah tahu tentang hubungan kita,dan beliau ingin kamu segera melamarku,ji memang ini terlalu terburu-buru,tapi aku tidak bisa menolak keinginan bapak untuk segera menikah denganmu. Bapak khawatir nantinya akan terjadi apa-apa padaku bila tidak segera menikah. Maklum ibuk sudah tidak ada,bapak nggak ingin kehilangan anak semata wayangnya seperti bapak kehilangan ibuk dulu.”

Aku tetegun sejenak mendengar pernyataan dari Annaa. Kutelan air liurku pelan-pelan seakan tak percaya dengan ucapannya

”oh,begitu,yah?hmm...aku akan segera mamikirkannya,dan memberikan jawabannya secepaatnya.

Sahutku meyakinkan Annaa.walaupu sebenarnya dalam hatiku masih gelisah. Apakah aku benar-benar akan melamarnya. Aku memang hanya tinggal menyelesaikan skripsiku.tapi....ah,sudahlah.

”e..maaf,ji aku harus segera pulang,hari sudah mulai gelap aku tidak ingin bapak kawatir.assalamualaikum”sekilas ia beranjak,berlalu,dan menghilang dalam pancarana rona merah senja di ufuk barat. Meningglkan sederet pertanyaan kaku yang sulit untuk kujawab.

****

Kudengar ponselku berbunyi,segera kuberanjak dari tempat tidurku menuju meja di sudut kamarku. Di atas meja bundar.

”halo,assalamualaikum,dengan siapa,ini?”Tanyaku sopan penuh rasa ingin tahu.

”wa’alaikumsalam,aji?ini annaa,aku ingin memberi kabar kepadamu,tentang hubungan kita”.jawabnya singkat

”kabar ap...”

Belum sempat aku menyuguhkan pertanyaanku,aku sudah diberondong dengan kata-kata dari annaa.

”Aji,kata bapak,bapak ingin aku mengenalkanmu pada bapak,besok minggu,tak apa tidak bawa apa-apa,kata bapak,dia sudah faham dengan kantong mahasiswa seperti kita. Hmm...oh,ya usahakan berpakaian rapi,ya soalnya bapak kelihaatanya sudah sangat setuju dengan hubungan kita”

”Baiklah,besok Minggu akan aku usahakan untuk datang,ngomong-ngomong kita bertemu dimana?”tanyaku dengan wajah mengkerut penuh tanya

”Kita bertemu di kampus saja,dipintu gerbang kampus pukul 5 sore,tapi,aku harap kamu nantin ya tidak terkejut dengan sesuatu yang akan aku perlihatkan kepadamu,ji”

”ok,akan aku usahakan”aku tertunduk.berpikir sejenak.

Kututup telpon dengan perasaan heran.kenapa harus di pintu gerbang universitas?kenapa tidal langsung dirumagnya saja,atau di rumah makan?sebenarnya apa yang akan disuguhkankan Annaa kepadaku.

Ini tentang diriku dan sejuta persepsi. Ketukan palu yang kuambil untuk satu posisi nanti. Yang mungkin akan membawaku lebih tinggi dari yang kualami kini. Argumen percaya tidak percaya,menari nari dalam benakku.

,Keesokan harinya,tetesan embun pun masih belum usai berdedendang bersama dedaunan basah. Meninggalkan rupa hijaunya yang begitu terlihat sangat segar. kulongokkan kepalaku keluar jendela kamar,terlihat denyut perekonomian mulai berlangsung,roda kehidupan juga mulai dijalankan. beberapa pedagang menyapaku dari jalanan dengan wajah ramah penuh harapan. Harapan akan rezeki mereka hari ini. Letak kos-kosanku memang tepat berada disamping jalan raya,sangat dekat dengan pusat perekonomian Jogja,Pasar Bringharjo.

Seperti biasa aku berangkat sangat pagi kekampus.mendahului mahasiswa yang lain untuk mendapatkan sesuatu yang indah lebih awal. Mentari agung maha sahaja menyambutku dengan tawa sindirnya bersama sinar Uv-nya yang menerpa rambut klimisku sehingga berkilau cerah,secerah hatiku sekarang,sebenarnya apa yang selama ini kau cari,aji?

Motor yang aku kendarai bersama Dito terus malaju diantara cahaya mentari yang tertutup dadaunan pohonyang membuat kami seperti lelaki belang-belang orens.Dia adalah sahabatku sejak smp,yang masih setia menemani perjalananku mencrai labuhan cinta,hingga kini. Motor kami kami hentikan didepan kedai bunga milik Paman Si Dito.Aku berniat membelikan seikat bunga Mawar untuk Anna ketika perkenalan dengan Orangtuanya nanti.Karena masih sangat pagi,kedia itu belum siap untuk menjajakan ikatan ikatan bunganya. Kami pun terpaksa lewat pintu belakang. Masih beberapa langkah kami berranjak dari tempat kami berdiri tadi,sambutan hangat telah kami dapatkan dari Paman dito,Pak Kusno namanya

”Selamat pagi,dek Aji,ada keperluan apa pagi-pagi begini sudah datang kesini”sapanya dengan senyum merekah di kedua lesung pipinya.

”oh,iya,pak kami datang kesini ingin membeli bunga di kedai bapak. Kebetulan kami sedang ada perlu,makanya kami sengaja datang lebih awal”terangku dengan lugas. Sambil menjabat tangan kanan Pak Kusno

”oh,iya,iya silahkan masuk dan pilih kembang-kembang koleksi kedai bapak!”

Setelah kudapat seikat mawar impor,kami segera bergegas menuju kampus

Tiba didepan gerbang kampus,kami disambut oleh seorang bapak-bapak yang sepertinya aku kenal.

”Dit,ni siapa,dit?”tanyaku pada Adit keheranan. Kukerutkan keningku.

”Itu Pak Zul,satpam baru di kampus kita. Dia baru mulai kerja hari ini. Dia kerja disini,karena satpam kita yang dulu anaknya meninggal,makanya dia digantikan oleh Pak Zul”.

Tanpa Sedikit menoleh,kami terus masuk ke dalam kampus.

Akhirnya lima jam setengah dikelas terasa sangat suntuk telah kami lalui.aku pun berkeputusan untuk menunggu senja diwarung depan kampus.Tak lama berselang,setelah kuhabiskan es teh bersama pisang goreng yang ada dihadapanku,lambaian tangan dari kejahuan mengejutkanku. Sepertinya aku mengenalnya,Kerudung biru,dan Rok panjang bermotif bunga,yaa...itu Annaa. Segera kubayar jajananku,dan berlari kecil menuju seberang jalan.Tapi kenapa dia bersama seseorang?

”hai,ji sudah lama,ya menuggu?”tanya Annaa penuh simpati

”Oh,nggak baru saja kok”jawabku sambil menggaruk-garuk belakang kepalaku yang tidak gatal. Mataku terus memandangi sosok pria paruh baya disamping Anna. Sepertinya aku mengenalnya. Terus saja aku berupaya keras untuk mengingat-ingtanya,dan...ya dia adalah lelaki misterius yang aku temui di seberang halte beberapa hari yang lalu ketika aku hendak pulang ke kos-kosanku. Dan dia juga sepertinya...satpam baru dikampusku yang kutemui degerbang kampus pagi tadi. Ada apa sebenarnya,kenapa pria misterius sekaligus satpam baru itu bisa berada disini. Pertanyaanku itu rasanya sulit sekali untuk kucari jawabannya. Ditengah kelitku untuk bertanya-tanya,suara Anna menyadarkanku

”Eh,Aji kenalkan ini bapakku,dia bekerja sebagai satpam baru dikampu kita,bapakku baru datang dari Tegal ke Jogja dua hari yang lalu. Kata bapakku dia pernah melihatmu sebelumnya di halte bis,berarti kamu sama bapak sudah saling kenal,ya?”

Aku terdiam. Deretan kata-kata yang tak ingin ku dengar terlontar dari mulut Anna. Dan aku masih tidak percaya bahwa ayahnya seorang satpam. Satpam baru dikampusku,dan seorang pria misterius yang kutemui diseberang jalan dua hari yang lalu.Ya allah,haruskah cintaku beralur dengan galau.Benarkah semua kenyataan ini.

Aku tertunduk. Lesu. Berpikir sejenak tentang apa yang kualami. Siluet senja menemaniku merenung. Namun perlahan Senja berarak damai menuju peraduan,bersama hatiku yang tenggelam dalam pada lautan kegelisahan. Namun,pertarungan setan malaikat yang tengah terjadi,telah membuktikan,bahwa profesi bukanlah segalanya. Tak peduli itu satpam,atau pejabat,yang jelas cinta dan hatiku telah betah berkubang di hati Anna,cahaya tunggal untuk selamanya. Tanpa pamrih,atau rintih dari nurani hatiku,ku telah putuskan untuk segera meminangnya .Biarlah mentari senja menghilang di ujung kegelapan namun,cintaku takkan terbang melayang bersama angan sebuah profesi,walaupun serendah satpam.

Rabu, 07 Juli 2010

CINTA ALLAH?

1. Sholat wajib tepat waktu, selalu berdoa dan berdzikir kepada Allah
Dengan sholat, berdo'a dan dzikir kepada Allah, Inya Allah hati menjadi tenang, damai dan makin dekat dengan-Nya

2. Sholat tahajud
Dengan sholat tahajud Insya Allah cenderung mendapatkan perasaan tenang. Hal ini dimungkinkan karena di tengah kesunyian malam didapatkan kondisi keheningan dan ketenangan suasana,yang tentu saja semua itu hanya dapat terjadi atas izin-Nya. Pada malam hari, diri ini tidak lagi disibukkan dengan urusan pekerjaan ataupun urusan-urusan duniawi lainnya sehingga dapat lebih khusyu saat menghadap kepada-Nya.

3. Mengingat kematian yang dapat datang setiap saat
Kematian sebenarnya sangat dekat, lebih dekat dari urat leher kita. Dan dapat secepat kilat menjemput.

4. Membayangkan tidur di dalam kubur.
Membayangkan tidur dalam kuburan yang sempit , gelap dan sunyi saat kita mati nanti. Semoga amal ibadah kita selama di dunia ini dapat menemani kita di alam kubur nanti.

5. Membayangkan kedahsyatan siksa neraka.
Azab Allah sangat pedih bagi yang tidak menjauhi larangan-Nya dan tidak mengikuti perintah-Nya. Ya Allah jauhkanlah kami dari siksa neraka-Mu, karena kami sangat takut akan siksa neraka-Mu.Ya Allah bimbinglah kami agar dapat memanfaatkan sisa hidup kami untuk selalu dijalan-Mu.……

6. Membayangkan surga-Nya.
Kesenangan duniawi hanya bersifat sementara, sangat singkat dibanding dengan kenikmatan di akhirat yang tidak dibatasi waktu.Semoga kita dapat selalu mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dan Insya Allah diizinkan untuk meraih Surga-Nya. Amin…..

7a. Mengikuti tausyiah atau mengikuti pengajian secara rutin seminggu satu kali (minimal), dua kali atau lebih. Insya Allah... dengan mendengar tausyiah atau mengikuti pengajian, akan meningkatkan keimanan karena selalu diingatkan kembali utk selalu dekat kpd Allah SWT. Perlu dicatat, dikarenakan iman bisa turun atau naik, maka harus dijaga agar iman tetap stabil pada keadaan tinggi/ kuat dengan mengikuti tausyiah, pengajian dsb.

7b. Bergaul dengan orang-orang sholeh.
Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa tingkat keimanan kita bisa turun atau naik, untuk itu perlu dijaga agar tingkat keimanan kita tetap tinggi. Berada pada lingkungan kondusif dimana orang-orangnya dekat dengan Allah SWT, Insya Allah juga akan membawa kita untuk makin dekat kepada-Nya.

8. Membaca Al Qur'an dan maknanya (arti dari setiap ayat yang dibaca)
Insya Allah dengan membaca Al Qur'an dan maknanya, akan menjadikan kita makin dekat dengan-Nya.

9. Menambah pengetahuan keislaman dengan berbagai cara, antara lain dengan : membaca buku, membaca di internet (tentang pengetahuan Islam, artikel Islam, tausyiah dsb), melihat video Islami yang dapat meningkatkan keimanan kita.

10. Merasakan kebesaran Allah SWT, atas semua ciptaan-Nya seperti Alam Semesta (jagad raya yang tidak berbatas) beserta semua isinya.

11. Merenung atas semua kejadian alam yang terjadi di sekeliling kita (tsunami, gunung meletus, gempa dsb). Dimana semua itu mungkin berupa ujian keimanan, peringatan, atau teguran bagi kita agar kita selalu ingat kepada-Nya/ mengikuti perintah-Nya. Bukan makin tersesat ke perbuatan maksiat atau perbuatan lain yang dilarang oleh-Nya. Ya Allah kami mohon bimbingan-Mu agar kami dapat selalu introspeksi atas semua kesalahan yang kami perbuat, meninggalkan larangan-Mu dan kembali ke jalan-Mu ya Allah.

12. Mensyukuri begitu besar nikmat yang sudah diberikan oleh Allah SWT
Jangan selalu melihat ke atas, lihatlah orang lain yang lebih susah. Begitu banyak nikmat yang diberikan oleh-Nya.Saat ini kita masih bisa bernafas, masih bisa makan, bisa minum, masih mempunyai keluarga, masih mempunyai apa yang kita miliki saat ini,masih mempunyai panca indera mata, hidung, telinga dan...masih bisa bernafas (masih diberi kesempatan hidup). Masih pantaskah kita tidak bersyukur dan tidak berterimakasih pada-Nya.

Oleh : hamba Allah


Selasa, 06 Juli 2010

2010

Cerpen Putu Wijaya Silakan Simak!

Dimuat di Jawa Pos Silakan Kunjungi Situsnya!06/13/2010 Telah Disimak 214 kali

Tak terasa 2010 datang. Semua orang bertanya, apa yang akan terjadi?

“Kalau boleh memilih, lebih baik para koruptor, manipulator tertidur pulas semuanya. Negara kita akan aman. Ketimbang banyaknya para dermawan yang rajin menyumbang bencana alam ataupun kemiskinan, yang akhirnya jadi dagelan, karena semua jatuhnya bukan ke tangan korban yang sebenarnya!” kata seorang tetangga.

Saya manggut-manggut.

“Setuju. Tapi kalau dipikir-pikir, segala bencana yang menimpa kita itu sebenarnya sebuah pembelajaran!” jawab saya, “Bayangkan, dengan adanya berbagai rongrongan, justru hukum kita, para cendekiawan kita, para politisi kita, bahkan juga wartawan dan rakyat jelata, jadi terlatih untuk bersikap awas dan kritis! Ya, nggak?!”

Tetangga itu ganti manggut-manggut.

“Memang dalam ilmu persilatan, pendekar-pendekar dari Shaolin itu berlatih dengan cara disiksa! Tapi bangsa ini kan bukan pendekar silat. Jangankan main silat, memainkan lidah saja tidak mampu karena tiap hari sudah kena tipu. Yang kita perlukan di tahun 2010 adalah kiamatnya kejahatan, matinya semua koruptor dan manipulator, termasuk pemimpin-pemimpin yang hanya memperkaya dirinya sendiri! Supaya rakyat banyak bisa hidup! Selama mereka yang hidup kita akan terus dikubur!”

Tanpa peduli reaksi saya tetangga itu kontan cabut pergi. Saya lalu pulang dan menjual kembali obrolan itu di rumah.

“Jadi kita wajib mensyukuri juga segala rongrongan yang sudah terjadi, karena berkat itulah kita menjadi dewasa. Lihat saja, kalau tidak ada pencuri yang membobol rumah kita, kita tidak akan pasang terali besi, sehingga ketika tetangga-tetangga habis disikat oleh pencuri, satu-satunya yang selamat adalah rumah kita ini,” kata saya berpidato di depan siapa lagi kalau bukan istri.

Tapi seperti biasa, istri saya sama sekali tidak menanggapi. Saya terpaksa mencari anak saya.

“Bagaimana pendapatmu, Ami?”

“Tentang apa?”

“Apa yang kamu harapkan akan terjadi di tahun 2010?”

“Hanya satu!”

“Apa?”

“Bapak beli mobil!”

Saya kecewa.

“Jawaban kamu menunjukkan bahwa kamu juga sudah terperangkap pada kebutuhan materi! Semua diukur dengan mobil. Kamu payah, Ami!”

Ami tertawa.

“Habis yang ditanya harapan.”

“Memang! Tapi jangan salah! Harapan itu bukan mimpi. Itu namanya ngelamun. Harapan itu keinginan keras untuk mewujudkan sesuatu yang ada hubungannya dengan kebersamaan. Jangan hanya untuk kepentingan diri sendiri, thok!”

Saya hampir saja memberi kuliah panjang lebar, keburu istri saya muncul dari rumah tetangga.

“Bapak kok belum berangkat juga?”

“Ke mana?”

“Ya nengok tetangga yang diopname itu. Nanti dia keburu pulang!”

“Orang sudah mau pulang buat apa lagi ditengok?”

“Justru harus ditengok sebelum pulang. Itu yang disebut silahturahmi. Kalau terlambat, nanti didahului keluarganya yang sudah siap-siap mau jemput. Ayo cepetan ke situ, sebelum dia pulang. Dulu kan dia yang paling rajin nengok waktu Bapak sakit?! Cepet!”

Saya terpaksa buru-buru ganti pakaian, lalu keluar rumah.

“Naik apa?”

“Naik ojek saja. Nanti orangnya keburu pulang!”

Istri saya mengulurkan ongkos ojek.

“Cepet!”

Saya menyambut uang itu, lalu terbang. Tapi di mulut jalan yang biasanya ramai tukang ojek, sama sekali sepi. Setengah jam saya menunggu, tak satu pun hidung tukang ojek yang nongol. Karena tidak sabar, akhirnya saya naik angkot.

Tapi begitulah angkot. Tiap sebentar berhenti, seperti anjing yang tiap beberapa meter kencing. Belum lagi jalanan macet. Bahkan angkot sengaja masuk ke terminal dan antre di belakang angkot-angkot lain untuk menjaring penumpang yang dengan malasnya turun dari bus.

Hampir dua jam saya baru sampai di rumah sakit. Begitu masuk ke kamar yang menurut istri saya dihuni tetangga kami, orangnya sudah pergi. Di tempat tidurnya sudah ada pasien lain.

“Baru saja pulang, Pak,” kata perawat.

Saya misuh-misuh, lalu berbalik pulang. Saya langsung ke rumah tetangga yang sakit itu. Anehnya, rumah itu juga sepi. Kata yang jaga rumah, semua baru saja berangkat ke rumah sakit untuk menjemput. Amat membingungkan. Setelah dicek dengan teliti, ternyata kamar yang tadi saya masuki salah.

Gila. Tergopoh-gopoh saya kembali ke rumah sakit. Tapi, sekali lagi, saya terlambat. Kamar itu sudah kosong. Dengan heran, perawat yang sama memberi keterangan yang sama: “Baru saja pulang, Pak!”

Dengan amat sangat kesal saya keluar dari rumah sakit. Untuk mengobati hati saya yang luka, saya tidak segera pulang. Pulang juga tidak ada gunanya, hanya akan didamprat istri. Saya coba menenangkan otak dengan jalan-jalan ke mal. Meskipun dihina banyak orang bahwa mal-mal yang balapan –bahkan maksa-maksa– berdiri di semua kota sudah membunuh pasar tradisional, nyatanya pusat perbelanjaan itu menjadi hiburan buat rakyat jelata.

Tapi, tak disangka-sangka, ketika masuk restoran mau makan ayam goreng buatan Amerika, saya berpapasan dengan tetangga yang sakit itu. Ia kelihatan lebih sehat dari orang sehat. Saya tak habis pikir, orang sebugar itu kok masuk rumah sakit.

“Pak Amat mau ke mana?”

“Habis dari rumah sakit, mau nengok Anda. Tapi katanya baru saja pulang. Sudah sembuh ya?”

Dia tertawa.

“Belum.”

“Belum kok sudah gentayangan di mal?”

“Ya itulah gunanya mal. Ini rumah sakit yang paling baik untuk cuci mata dan cuci otak di samping cuci kantong. Ya kan, Pak?”

Dia tertawa lagi dan mengguncang tangan saya.

“Jadi?”

“Saya mau pindah ke rumah sakit lain. Di situ tidak betah. Perawatnya judes-judes. Tapi, sebelum masuk rumah sakit, saya pingin makan burger. Sudah dua minggu ini makan daging busuk yang direndam air comberan. Mana ada makanan enak di rumah sakit, ya kan, Pak?!”

“O, begitu?”

“Ya iyalah, Pak. Hidup ini kan hanya sekali, jadi harus dinikmati. Buat apa kita banting tulang cari uang melulu. Jadi kalau uangnya sudah didapat mesti dibanting balik supaya bisa kita cari lagi. Ya kan, Pak!”

Dia tertawa lagi. Waktu itu saya mulai yakin bahwa dia memang sakit.

“Jadi mau masuk rumah sakit lagi?”

“Ya. Mau pindah rumah sakit. Seminggu di situ saya mules-mules dan muntah terus habis makan.”

“Jadi sekarang mau ke rumah sakit mana?”

“Tidak. Sekarang mau pulang dulu.”

“Pulang?”

“Ya. Habis sudah sehat, kan sudah makan burger. Terima kasih sudah nengok!”

Dia mengguncang tangan saya lalu pergi. Saya menatap takjub. Makanan cepat yang sering dikutuk sebagai sampah dan racun itu, ternyata sudah bikin dia sehat. Saya jadi merasa diri saya bego.

“Banyak sekali yang sudah berubah,” komentar hati kecil saya, “orang ke rumah sakit tidak karena sakit lagi, tapi karena mau istirahat dan dapat pelayanan yang manis dari para perawat yang sudah terlatih untuk memanjakan pasien. Rumah sakit sudah jadi bisnis rumah bersenang-senang.”

Langit sudah dimerahkan ketika saya kembali ke rumah. Istri saya tidak ada. Kata Ami sudah sejak tetangga itu pulang, ibunya ngerumpi di tetangga. Saya melanjutkan termangu-mangu dan ngobrol dengan perasaan saya.

Ami jadi penasaran.

“Bapak kenapa?”

“Kamu percaya tidak, Ami?”

“Apa?”

“Rumah sakit bukan lagi rumah sakit. Rumah sakit adalah tempat untuk mendapat kemanjaan buat orang-orang yang berduit.”

“Memang.”

Saya tercengang.

“O ya, jadi kamu setuju?”

“Bukan setuju atau tidak. Faktanya memang begitu!”

“Tapi kamu setuju atau tidak?”

“Kenapa mesti setuju atau tidak? Saya tidak dalam posisi itu!”

Saya menatap anak saya. Lalu saya bertambah yakin bahwa dia memang makhluk lain yang datang dari planet lain. Bukan sejenis saya atau istri saya.

“Kok Bapak melotot begitu?”

“Kamu aneh!”

“Saya atau Bapak yang aneh?”

Kami saling memandang. Dan saya tahu kami memang sama-sama merasa aneh. Dan itu tidak ada kesepakatan. Saya selalu membiarkan perbedaan itu mengapung di antara kami yang menjadi pembelajaran kami setiap hari dalam banyak hal. Dari sana saya mulai banyak memahami berbagai hal.

Tidak seperti biasanya, saya mencoba berdamai.

“Kalau begitu, Bapak sekarang mengerti mengapa harapanmu pada tahun 2010 itu hanya mobil.”

“O begitu?”

“Ya. Sebab mobil buat kamu, bukan lagi kendaraan mewah, seperti waktu Bapak muda. Waktu muda Bapak menganggap mobil adalah kendaraan dewa-dewa. Siapa yang punya mobil berarti dewa. Mobil adalah status sosial. Tapi sekarang mobil hanya alat transportasi. Kelengkapan bekerja, seperti alas kaki atau sepeda yang sangat penting karena kecepatan adalah tuntutan masyarakat kota yang serba bergegas.”

Ami ketawa.

“Salah.”

“Salah?”

“Ya! Ami menyebut mobil hanya untuk mancing, supaya Bapak ingat kembali pada cita-cita Bapak yang sudah mulai luntur.”

“Cita-citaku yang sudah luntur?”

“Persis!”

“Ngarang! Cita-citaku tidak pernah luntur!”

“O ya? Apa cita-cita Bapak yang tidak pernah luntur itu?”

Saya terkejut lalu segera mulai membongkar-bongkar. Tapi terlalu lama. Ami kontan mengejar.

“Apa coba?”

Saya masih memilih-milih. Kemudian istri saya muncul. Rupanya ia sudah mendengarkan sejak tadi, lalu langsung menolong saya menjawab.

“Hidup harus diabdikan pada kepentingan bersama!”

Ami tertawa lalu masuk ke kamarnya. Istri saya tersenyum. Dia kembali berhasil memberikan saya tamparan yang telak. Padahal, kendati memang saya yang melakukannya, tetapi sebenarnya inspirasinya datang dari dia juga. Dialah yang sudah memprovokasi suaminya, saya yang lemah ini, terus mencari peluang untuk meningkatkan kenyamanan hidup dengan dalih masa depan yang lebih baik. Tak peduli itu bisa mengganggu kenyamanan orang lain.

“Bapak yang baru kembali dari rumah sakit itu memergoki Bapak tadi di mal makan ayam goreng Amerika ya?”

Saya tertawa.

“Bukan dia, aku yang memergoki dia makan burger. Orang sakit kok makan makanan sampah di mal!”

“Itu dia. Makanya dia masuk rumah sakit! Bapak mau ikut-ikutan sakit?!”

Saya tidak meneruskan percakapan itu. Saya tidak perlu menang di dalam rumah. Yang penting istri tersenyum dan anak tertawa, itu kebahagiaan saya. Besoknya saya jumpai tetangga.

“Saya kira Bapak betul,” kata saya mencoba membuka percakapan yang tertunda sebelumnya.

Tetangga itu tercengang.

“Apanya yang betul?”

“Ya. Kita tidak perlu dermawan. Cukup asal para koruptor, manipulator dan pemimpin-pemimpin palsu itu tidur, negeri kita pasti akan aman.”

Tetangga itu memperhatikan saya dengan sinis.

“O, jadi itu sebabnya Bapak belum mengembalikan edaran sumbangan warga itu?”

“Ah? Edaran sumbangan apa?”

“Edaran sumbangan dari warga untuk diberikan kepada para satpam sebagai hadiah tahun baru atas pengabdian mereka 24 jam bertugas tiap hari itu?”

Saya tertegun.

“Ya Pak?”

Akhirnya saya terpaksa menjawab.

“Ya.”

“Kenapa?”

“Sebab itu akan mengajarkan mereka moral pengemis. Bukan etos kerja profesional. Mereka harus bangga sebagai petugas keamanan, sebab itu profesi mereka dan mereka profesional. Jangan hanya bekerja untuk menunggu kita mengedarkan surat edaran para warga untuk diberikan sebagai sumbangan. Itu pengemisan. Naikkan gaji mereka sesuai dengan pekerjaannya yang berat berjaga 24 jam tiap hari. Buat mereka bangga pada pekerjaannya dan menjadi profesional!”

Tetangga saya hanya manggut-manggut. Nampak kagum. Dia pasti tidak ingat, yang dulu, pertama dan paling getol menolak kenaikan gaji satpam adalah saya. Karena saya lihat mereka semua pemalas. Kebanyakan tidur bahkan sering meninggalkan gardu jaganya kosong.

Sebelum tetangga itu sadar bagaimana caranya menjawab dengan telak, saya langsung ngacir untuk menutupi rasa malu. Ketika melintas di depan gardu satpam, saya berhenti, lalu membagikan kepada keenam satpam yang kebetulan sedang kumpul di situ masing-masing selembar 50 ribuan. Supaya meredam api amarah, kalau omongan saya ke tetangga tadi, nanti masuk ke telinga mereka.

Sambil menunggu kehadiran 2010 saya selalu berpikir bahwa tak ada obat yang mujarab. Semua memerlukan proses. Banyak lubang yang akan terus bertambah, kalau yang kita sumbat hanya satu-satu. Mesti semuanya. Dan itu memerlukan waktu, sebab kita semua sekarang memandang dari kaca mata yang berbeda-beda.

“2010 hanya 2 tahun dari kiamat yang diramalkan suku Maya yang keseramannya sudah dibayangkan oleh film yang nyaris dilarang MUI itu, memerlukan kesabaran kita. Boleh banyak berharap, tetapi banyak khawatir juga perlu, supaya berimbang sehingga kita tetap awas,” komentar hati kecil saya.

Istri saya mendengar, lalu ngomel, seperti biasa.

“Sabar itu tidak berarti diam. Itu namanya malas. Sabar itu adalah tahan banting sembari terus mencari peluang untuk membuat istrimu selalu senyum, anakmu tertawa, rumahmu bercahaya, dan para tetangga menyapa ramah!”

Anak saya juga nimbrung.

“2010 tak akan jadi datang, kalau kita hanya mau menerima separonya. Mesti diterima penuh. Total. Tidak berarti menerima itu setuju atau tidak setuju, tapi berani menghadapinya lalu menyelesaikannya secara jantan!”

Saya mencoba tertawa.

Di tahun 2010, apakah matahari masih akan terbit setiap hari di timur dan tenggelam di barat? Apakah malam tetap silih bergantian dengan siang? Adakah hal-hal yang baik masih saling berselipan dengan yang buruk? Akankah hidup kembali menjadi hidangan sepiring gado-gado? Berbagai unsur tersaji, tinggal siapa dan bagaimana menyantapnya. Semuanya dikembalikan kepada manusia yang akan mengisinya.

Kepada setiap orang apa ada kesempatan menuliskan riwayat hidupnya. Bahwa menolak dan pasrah tidak berarti akan dituliskan, tetapi sudah merakit sendiri. Bahwa manusia selalu mendapatkan peranan dan menjalankan peranan. Bahkan kematian dan kemusnahan pun tidak memutuskan riwayatnya.

Kearifan lokal mengatakan ada itu tak ada, tak ada itu ada. Maka 2010 sudah datang sebelum datang. Dan sudah pergi sebelum kita alami. Kita tak pernah tahu hanya peran pembantu yang tak mampu mengubah nasib. Kita adalah para penulis yang mencipta dan meletakkan sendiri bagaimana cerita akan berjalan atas kehendak-Nya.

Tiba-tiba HP saya ada SMS:

“Kecemasan itu perlu untuk membatalkan yang tidak kita kehendaki mungkin terjadi. Baik Djojobojo, Nostradamus atau suku Maya, mereka sudah memahaminya. Ramalan adalah sebuah kearifan lokal untuk membalikkan takdir menjadi nasib yang ditulis oleh manusia, tetapi semuanya juga atas kehendak-Nya.”

Siapa yang sudah mengirim pesan itu?

“Aku,” bisik 2010.

Saya pikir, tak ada kata akhir, selama kita masih mau berpikir. ***

Jakarta, 16 Desember 09

SAYANG

Aku sayang kepadamu

Sebuah kalimat yang sangat biasa

Tapi memang baru kusadari bahwa aku memiliki seseorang yang sangat menyayangiku

Dengan semua kasih,perhatian,yang mellindungi harga diriku ketika sebuah tirai kehidupan telah dibuka

Dan dia adalah kau,ayah

Ayah,aku telah berikrah dalam jiwa jinggaku untuk selalu mendekapmu dalam hari-harimu

Namu,semuanya tak ada yang abadi

Sering kali air mataku terurai,ketika kasihmu hilang sebentar saja

Kau yang selalu ajarkanku kemandirian,untaian demi untaian kata yang buatku tegar selalu kau selipkan

ditengah-tengah risauku

Ayah,aku tak bisa jauh darimu…..sungguh tak akan pernah bisa

Hingg DIA tlah menarik ulur nadimu nanti…..ayah

Kini aku sadar,bahwa selama ini aku tak menganggapmu ada,selama ini aku acuhkan kasihmu birumu

Aku janji,ayah…akan pikul tanggungjawabku dengan hormat sang pelangi

Selalu sayangimu,hingga nanti,hingga senja tlah sirna bersama mentari…….

CINTA BIRU

Cinta sejati takkan pernah sanggup tuk diungkapkan

Meski lewat lagu… atau lewat puisi
Cinta sejati tak mudah untuk dilukiskan
Melalui sebentuk langit biru… atau segarnya udara pagi

Cinta sejati takkan pernah bisa beranjak pergi
Meski masanya sirna… dan ceritanya tak lagi putih
Cinta sejati tak mudah untuk digoyah
Walau godaan menderu… dan kenikmatan dunia mengimaji

Hingga esok tak lagi ada
Sejak terasa waktu pertama
Hingga dunia menjadi abadi
Tak berubah semua di hati

NESTAPA IBU PERTIWI


Terhempas,merebahkan duka nestapa

Tak akan bisa beranjak darinya

Dari pangkuan ibu pertiwi nan asri

Disinilah tempatku bersaksi sunyi

Gedung-gedung pencakar langit dengan tatanan pelangi

Seakan meneduhkan sejenak nurani

dari halusinasi,dan mimpi akan kehangatan hayati

lewat angin malam dan kunang melayang

kutitipkan salam cerca kepada sang pengekang

sajak-sajak haru biruku

berintuisi seksi dalam sengsara abadi

wahai ibu yang subur,kapankah kau akan makmur

kami coba bersyukur,dengan darah berlumur,harapan yang hancur

tapi……negriku mlah tak pernah akur

Lembaran kekecewaan


setelah penantian panjang

Ternyata semua itu hanya angan

ya....apakah hanya angan-angan saja yang mampu engkau berikan pada kami?!

Aku menanti sekian lama tapi,kenapa harus gagal lagi

Sudah sering kisah ini kuadukan pada Sang kuasa

Namun,hanya kekecewaan saja yang acap kali menyambangiku

Ingataanku masih kuat,ketika kau janjjikan cinta padaku

Dengan hati yang dipenuhi taman bunga pikiran semerbakku membawaku pada anggukan setia yang mengikat

Tapi sekali lagi,kucoba tuk tabahkan hati………dan aku sudah lelah bila harus menunggu lagi

Kau mengecewakanku,tapi balas dendamku hanyalah senyum dungu untukmu

…………………………………………………..(ponorogo)……………………………………………………………………………..

ARTI SAHABAT


Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri.

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah.

Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya…

Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya.

Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur - disakiti, diperhatikan - dikecewakan, didengar - diabaikan, dibantu - ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.

Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.

Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.

Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis. Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.

Ingatlah kapan terakhir kali kamu berada dalam kesulitan. Siapa yang berada di samping kamu ?? Siapa yang mengasihi kamu saat kamu merasa tidak dicintai ?? Siapa yang ingin bersama kamu saat kamu tak bisa memberikan apa-apa ??

Minggu, 04 Juli 2010

Tips FACEBOOK

Bagi yang sering pake facebook, nih ada trik-trik baru biar facebook kamu lebih keren!!!
langsung dicoba aja ya biar lebih asyik!!!

* Konami Code



Mungkin fasilitas ini sudah banyak yang tahu. Tapi bagi anda yang belum tahu, coba log in ke akun facebook anda dan lakukan hal berikut. Tekan tombol berikut secara berurutan : Atas-Atas-Bawah-Bawah-Kiri-Kanan-Kiri-Kanan-B-A-Enter. Lalu lakukan klik di sembarang tempat atau scroll mouse anda. Kalau berhasil, maka akan terlihat apa yang disebut lens flare. Lens Flare tadi adalah animasi yang muncul karena kita memasukkan Konami Code ke facebook. Ini dia screen shootnya :



* : putnam:

Coba ketik kode di atas pada saat chat di facebook. Nanti akan muncul muka manusia. Siapa dia? Dia adalah karikatur dari Chris Putnam, salah satu programmer Facebook.

* What’s on your mind?

Coba update status dengan kalimat di atas (What’s on your mind?). Nggak bisa khan? Kenapa? Mungkin karena emang “there’s nothing on your mind” or even “you don’t have mind” haha…

* Write a comment…

Coba tulis komentar atas status orang lain dengan kalimat di atas (Write a comment…). Kalo bisa hebat!!! Hihi… Sekarang coba tulis “write a comment…” (dengan huruf w kecil), kalo sekarang bisa khan?

* Write another comment…

Setelah menulis komentar di atas, coba tulis lagi di bawah komentar kita tadi dengan kalimat di atas (Write another comment…). Nggak bisa lagi khan?

* Write something…

Kalimat di atas juga tidak bisa ditulis di wall facebook orang lain…Coba buktikan!!

Sedih Hati “Bagaimana Menyikapinya?”

by fadlymuin on April 22, 2010

Dalam hidup ini, manusia tak luput dari perasaan bersedih. Sedih Hati adalah sebuah pengungkapan rasa terdalam manusia. Sebuah perasaan kekecewaan yang mampu menusuk jantung. Laksana jarum menusuk kulit. Tajam dan sakit.

Pada saat sedih melanda, kesenagan dan harapan, seakan sirna seketika. Tak ada lagi kegembiraan, tak ada lagi keceriaan. Raut wajah seakan tak terlihat natural bahkan cenderung keriput. Yang cantik terlihat kusam, yang ganteng terlihat kusut dan sebagainya

Sahabat setiaku..

Terkadang saya berfikir dan bertanya-tanya sendiri. Ber sedih hati itu baik atau buruk?

Memang sih memposisikan masalah dalam konteks hitam putih, membuat kita terlihat tidak bijaksana dalam menyikapi sesuatu. Namun saya tetap merasa ada sesuatu yang perlu di ungkap dibalik rasa sedih itu.

Sebenarnya saya ingin katakan sedih itu indah. Tapi pasti anda tidak akan puas begitu saja. jika saya tidak memberikan argumentasi yang memadai kenapa saya mengatakan sedih itu indah.

Kalau saya fikir-fikir. Orang-orang sukses itu, ”salah satu” pendongkrak motivasinya karena adanya tekanan kekecewaan dari dalam. Karena ia kecewa tidak mendapatkan apa yang semestinya bisa ia dapatkan. Maka tumbuhlah semacam ”dendam kecil” didalam dirinya.

misalnya, seseorang yang kecewa karena tidak dapat menyekolahkan anaknya. Maka timbul semacam rasa dendam kecil. “kenapa saya tidak mampu melakukan itu?”. Apa yang salah ? Dendam ini berubah menjadi sebuah kesedihan. Sedih karena tekanan bathin yang begitu dalam. Merasa lemah, tak berguna dan sebagainya..

Rasa sedih karena tidak mampu menyekolahkan anak salah satu bentuk kelemahan dari sudut pandang ekonomi. Kebanyakan orang, memandang kasus ini adalah pukulan yang sangat besar.

Dalam kasus lain misalnya, ketika orang tua sakit, tapi kita tidak mampu membiayai ongkos rumah sakitnya. Anda mungkin teringat cerita Tung Desem Waringin. Dimana waktu itu gaji Beliau sebulan tidak cukup untuk membayar biaya rumah sakit orang tuanya untuk satu hari, diluar negeri. Ia sedih dan sangat terpukul. Tapi justru kesedihan itulah yang membangkitkannya seperti sekarang.

Ringkas cerita,

Kesedihan, pada prinsipnya bisa menggiring kita menuju suatu titik arus balik yang positif.

Dimana rasa sedih itu mampu menyentuh sisi-sisi kemanusiaan kita. Kesedihan membuat kita bisa merasakan apa yang selama ini mungkin kita lupakan. Kita semakin empati, semakin bijaksana, semakin menghargai orang lain. Dan semakin menyadari bahwa pada dasarnya kita ini hanyalah manusia lemah.

Kesedihan, memang bukan unsur utama untuk menjadi orang sukses dan membuat hidup ini lebih indah. Bahkan bisa dikatakan, tidak umum dijadikan sebagai relung yang bisa mengantarkan seseorang ke gerbang sukses. Namun kesedihan salah satu cikal bakal pembuka pintu yang bisa menggugah hati kita.

Selama kita cerdas dan pas memposisikan antara rasa sedih dan keinginan yang ingin kita capai. Saya rasa moment sedih itu bisa menjadi ledakan tersendiri buat kita.

Jadi, selamat menikmati kesedihan anda. Rasakan, pahami, dan obati dengan cara-cara yang positif! Saya rasa inilah cara tepat dan baik untuk bersedih. Agar pintu hati kita bisa terbuka dan kita bisa mengetahui betapa banyak target yang sebaiknya kita selesaikan.

Bersedih, kemudian menyadari apa yang terjadi didalam lubuk hati kita, maka pelan tapi pasti, kita mulai membuka lembaran baru untuk membenahi sisi kehidupan yang lain..